Wanita
di Negri India
Sedangkan
wanita di India, disebutkan dalam materi Qanun No. 147 bahwa wanita tidak
berhak atas setiap tahapan hidup untuk melakukan aktivitas sesuai keinginannya,
bahkan dalam urusan rumah tangganya sekali pun.
Keadaan
kaum wanita di negri India tidaklah lebih baik dibanding di negri Yunani dan
Romawi. Masyarakat India memandang wanita adalah budak, sedangkan kaum
laki-laki sebagai tuan. Dalam pandanga mereka, seorang gadis menjadi budak
terhadap bapaknya; seorang istri menjadi budak suaminya; dan janda menjadi
anak-anaknya. Umumnya, bangsa Hindu berkeyakinan bahwa kaum wanita merupakan
unsur dosa serta penyebab kemunduran perangai dan jiwa.
Selain
itu, hak hidup seorag wanita yang bersuami harus berakhir saat kematian
suaminya; istri harus dibakar hidup-hidup saat mayat suami di bakar. Praktik
yang dinamakan sati ini merupakan gambaran ketundukan para istri terhadap suami
dalam adat Hindu. Seorang istri harus membakar tubuhya sendiri hidup-hidup diatas
tumpukan kayu yang membakar jasad suaminya. Pada tahun 1780, ketika raja Mawar
mankat di India, 64 istri membakar tubuh mereka sendiri diatas tumpukan kayu
yang membakar jasad suami mereka. Meskipun pemerintah melarangnya, namun mereka
tetap melakukanny secara ilegal dengan dalih agama.
Budaya
ini baru berakhir pada abad ke-17 Masehi. Wanita, pada masyarakat Hindu ketika
itu, sering di jadikan sesajen bagi sesuatu yang mereka namakan dewa-dewa.
Petuah sejarah kuno mereka mengatakan bahwa “racun.ular, dan api tidak lebih
jahat dari wanita.” Sementara itu, dalam
petuah Cina kuno diajarkan “Anda boleh mendengar pembicaraan wanita, tetapi
sama sekali jangan mempercayai kebenarannya.”
Dalam
literatur agama Hindu disebutkan bahwa senjata paling efektif yang digunakan
oleh para dewa untuk menyelewengkan kebaikan adalah seorang wanita. Biasanya,
dalam pandangan Hindu ortodoks, terkadang sosok peri angkasa atau perempuan
yang tidak senonoh merupakan sumber segala kejahatan. Dalam kitab Mahabharata
disebutkan, “aku akan mengatakan kepadamu, anakku, bagaimana Dewa Brahma
menciptakan perempuan amoral..., tiada lebih jahat ketimbang perempuan... tuhan
kakek yang mengajarkan sesuatu yang ada dihati para dewa, menciptakan perempuan
jahat melalui ritual magis untuk memperdaya manusia...
This is dummy text. It is not meant to be read. Accordingly, it is difficult to figure out when to end it. But then, this is dummy text. It is not meant to be read. Period.